KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah kita ucapkan kehadhirat
Allah swt. yang telah memberikan kita kebersihan hati dan fikiran
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Agama Islam yang membahas Ekonomi
Islam ini. Selanjutnya shalawat dan salam marilah kita hadiahkan kepada nabi
kita Muhammad saw. Yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan cahayanya
ini.
Di
kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ribuan terimakasih kepada dosen
Agama Islam yang telah membimbing kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa juga kepada orang tua kami yang telah membimbing kami dari kecil
hingga dewasa saat ini.
Kami
sadar, bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. semata kami adalah hamba
biasa yang banyak berbuat salah dan khilaf. Kami sadar, bahwa dalam tulisan ini
masih banyak kekurangan karena seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tak
retak. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini. Kami berdo’a kepada Allah swt.
agar kita tetap dalam lindungan Allah swt.
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
kehidupan kita sehari-hari, kita sangat erat dengan kegiatan perekonomian.
Karena tanpa ekonomi, kehidupan manusia tidak akan bisa berkembang dengan baik.
Ekonomi bukanlah persoalan baru bagi Islam. Perancangan dan aktivitas Ekonomi
sudah ada sejak zaman nabi Yusuf as. Yang menjadi menteri ekonomi pertama di
Mesir. Beliau telah meletakkan asas Ilmu Ekonomi dengan membuat satu
perancangan rapi untuk memastikan negara mempunyai bekalan yang cukup apabila
menghadapi musim kemelesetan. Namun begitu kegiatan pada awal Islam agak
terbatas dengan kegiatan jual-beli saja di pasaran yang mudah. Mulai abad kedua
Hijriyah bermulalah beberapa kajian mengenai kegiatan ekonomi secara khusus dan
lahirlah tulisan-tulisan mengenai hukum riba, sistem harga, monopoli,
percukaian, zakat, keuangan kerajaan dan sebagainya.
Dua
tokoh Islam yang sering disebut sebagai bapak Ekonomi Islam ialah Ibnu Taymiyah
(1262 M-1328 M). Ibn Taymiah yang berpusat di Damsyik adalah terkenal dengan
pandangannya mengenai harga setara, pasaran sempurna, kawalan harga, monopoli,
penyorokan dan spekulasi. Tokoh lainnya adalah Ibn khaldun, di dalam kitabnya
yang terkenal, yaitu mukaddimah Ibn Khaldun, banyak menyentuh perkara ekonomi
seperti nilai, buruh, sistem harga, hukum permintaan dan penawaran, penggunaan
dang pengeluaran, uang, modal, keuangan negara, dll. Beliau yang berasal dari
haramaut dan pindah ke Andalus merupakan tokoh ekonomi yang penting yang
mendahului adam smith dengan jarak waktu 400 tahun.
Tetapi
seiring dengan menurunnya kejayaan Islam, Ilmu Ekonomi Islam juga mengalami
kemerosotan dalam kurun abad ke 13 Masehi. Inilah zaman kegelapan Islam dimana
masalah politik dan sosial di kalangan umat Islam telah menjadi kucar-kacir
sehingga memundurkan institusi keilmuwan. Para ilmuwan tidak bisa lagi mengkaji
dan berijtihad. Mereka hanya mampu bertaklid dan dengan rela hati menutup pintu
ijtihad. Ilmu Ekonomi yang diasaskan oleh Ibn Taymiyah dan ibn Khaldun dan yang
lain sebelum mereka dikembangkan dan hanya tersimpan dalam kitab-kitab kuning
tanpa waris untuk menyambung usaha mereka.
Setelah
masa ini tumpuan Ilmu beralih ke Barat. Lahirlah tokoh Ekonomi Barat seperti
Adam Smith (123-1790), David Ricardo (1772-1823), J.S. Mills
(1806-1873), Irving Fisher (1867-1947), John Maynard Keynes (1883-1946), dan
lain-lain. Cendikiawan dari negara Islam pun menghadap ke Barat untuk menuntut
ilmu yang kemudiannya diterapkan amalannya di negara masing-masing. Zaman
kejatuhan kegemilangan Islam juga berganti dengan zaman penjajahan kuasa Barat
ke negara-negara Islam. Maka dengan strategi serampang dua mata ini, yaitu
melalui penjajahan politik dan penjajahan ilmu, boleh dikatakan seluruh negara
Islam kini mengamalkan sistem pemerintahan dan sistem ekonomi Barat yang dikatakan
sekular itu.
EKONOMI
ISLAM
Ekonomi
Islam didefenisikan sebagai suatu Ilmu sains kemasyarakatan yang mengkaji
tingkah laku manusia dalam hal menggunakan dan mengurus sumber-sumber alam
untuk kepentingan diri dan juga masyarakat untuk mendapatkan
keridhaan Allah. Asas ekonomi Islam berpatokan kepada keadilan, kebebasan hak
milik, dan persamaan, di ikat dengan
ikatan akidah, kesucian jiwa, pengorbanan, persaudaraan dan ihsan.
Intisari dari gambaran di atas dapat difahamkan bahawa
sistem ekonomi Islam adalah syumul, tidak terpisah dari masyarakat, negara dan
sunnatullah. Ia merupakan suatu sistem yang membentuk corak pentadbiran dan
pengurusan sektor-sektor yang melibatkan berbagai institusi yang
mengandung nilai-nilai hukum, peraturan dan kepercayaan, yang berkaitan secara
langsung atau tidak dalam hal yang berhubungan dengan penggunaan, pengeluaran,
tagihan atau pertukaran. Ini bermakna sistem ekonomi Islam adalah ”multi-dimensional”
dan sejalan dengan sifatnya, di samping wujudnya koordinasi yang mantap dari
semua pihak yang terliba. Baik yang ada dipertingkat mikro atau makro untuk
menjayakan fungsi sesebuah sistem ekonomi yang selaras dengan nilai-nilai hukum
dan peraturan Islam.
Struktur Kegiatan
Dari segi struktur ia mengandung tiga sektor asas yaitu:
1. Sosial, masalahah atau kebajikan.
2. Ekonomi, tijarah atau
perniagaan/perdagangan.
3. Politik, siasah atau kenegaraan.
Ketiga-tiganya tidak terlepas dari perlakuan dan
kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Sebarang masalah yang timbul,
penyelesaiannya seharusnya dilakukan berdasarkan asas, yaitu masyarakat dan
kerjasama swasta (sektor pertama dana kedua). Manakala sektor ketiga
(awam) sebagai penyelaras dan berfungsi mengawasi sebarang kegiatan yang bisa
menjejaskan kepentingan umum, di samping bertindak sebagai badan amanah dana
penyelesai masalah peringkat terakhir apabila sektor pertama dana kedua gagal
berfungsi. Pembagunan setempat adalah contoh terdekat dalam hal ini. Umpamanya,
pembinaan prasarana masyarakat masjid, dana pembangunan jembatan juga
tidak perlu menagih kesemuanya dari pemerintah. Dengan sistem waqaf dan
sadaqah pemerintah tidak perlu berbelanja besar kerana sebagian dari biayanya
ditanggung oleh orang ramai dan pihak swasta atas asas amal jariah.
Bagaimanapun, pembagian beberapa bidang kegiatan manusia seperti di atas bukanlah
dalam bentuk yang rigid tidak boleh berubah, sebaliknya ia dilakukan untuk
tujuan memudahkan kefahaman. Pada hakikatnya dalam amalan biasa terdapat
hubungan yang rapat di antara ketiga bidang tersebut. Umpamanya, diantara
aktivitas atau kegiatan politik atau kenegaraan ada yang menyentuh secara
langsung untuk bidang ekonomi, perniagaan atau perdagangan dan juga bidang
sosial. Begitulah di antara kegiatan ekonomi atau perdagangan ada pula yang menyentuh
secara langsung dalam bidang sosial, politik atau kenegaraan. Dalam hal ini
sistem ekonomi Islam secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai suatu sistem
yang merangkum semua jenis kegiatan ekonomi yang dijalankan dalam ketiga sektor
di atas.
untuk file dalam bentuk presentasi ppt silahkan download di sini
untuk file dalam bentuk presentasi ppt silahkan download di sini
No comments:
Post a Comment